Senin, 28 Februari 2011

kesuburan tanah dan pemupukan

PENDAHULUAN



Latar Belakang


Jagung merupakan tanaman asli Benua Amerika. Jagung telah ditanam oleh suku Indian jauh sebelum Benua Amerika ditemukan. Tanaman pangan ini adalah makanan utama orang Indian. Daerah yang dianggap sebagai asal tanaman jagung adalah Meksiko karena tempat tersebut ditemukan janggel dan biji jagung dalam gua-gua suku Indian (Purwono dan Purnamawati, 2007).
            Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua stelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri.enurut data yang dihimpun oleh Biro Pusat Statistik, pengguanaan jagung untuk bahan pangan menurun dari 78% pada tahun 1975 menjadi 49% pada tahun 1985. Sebaliknya, penggunaan untuk pakan ternak dan industry meningkat masing-masing dari 15% dan 3,4% pada tahun 1975 menjadi 38% dan 6,2% pada tahun 1985 (Najiyati dan Danarti, 1999).
Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukan. Bila lahan sudah cukup mengandung cukup unsur P karena penggunaan pupuk TSP yang terus-menerus, sebaiknya penggunaan tersebut dilakukan cukup dengan dosis 50 Kg TSP/Ha (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Hal yang perlu diingat bahwa unsur hara yang terangkat pada waktu panen adalah lebih tinggi pada unsur hara pada bagian-bagian tanaman lain yang masih tertinggal di dalam tanah. Hal ini tampaknya bahwa serapan unsur hara berbeda-beda antara spesies tanaman tetapi menunjukkan kesamaan untuk spesies tanaman yang sama. Perbedaan tersebut disebabkan oleh keadaan pertumbuhan, perbedaan varietas dan sifat-sifat tanah. Serapan unsur hara yang berlebihan pada tanaman (lebih tinggi) dari serapan normal, hal ini disebabkan oleh terlalu tingginya persediaan unsur hara seperti N dan K (Sutarya dan Grubben, 1995).
Berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman, elemen esensial diklasifikasikan dengan dua kelompok besar yaitu : makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo). Sementara itu sebagian besar penelitian mengkategorikan dalam tiga kelas yaitu :
-          Unsur hara primer atau major nutrient (N, P, dan K), karena diperlukan relatif dalam jumlah besar (sering diekspresikan dari proses bobot kering) dan secara beraturan diberikan ke dalam tanah melalui pemupukan
-          Unsur hara sekunder (Ca, Mg, S), karena relatif banyak terdapat di dalam tanah dan tanaman dalam pemupukan sebagai elemen pengiring atau secara terpisah sebagai kapur
-          Trace elements atau minor elements atau mikro elemen
(Agustina, 1990).
            Jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk mendapatkan air dan unsur hara tersebut dalam tanah. Ini sering didekati melalui luas permukaan akar dan jumlah unsur hara dan air yang tersedia dalam tanah. Karena kebutuhan tanaman akan unsur hara dan air terbatas, maka peranan luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran akan saling mengisi (Sitompul dan Guritno, 1995).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kimia pada tanah entisol Hamparan Perak terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dengan metode substraksi.

Hipotesis Percobaan


1.      Pemberian pupuk kimia berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
2.      Penggunaan jenis tanah entisol Hamparan Perak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
3.      Interaksi pemberian pupuk kimia terhadap jenis tanah entisol Hamparan Perak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

Kegunaan Percobaan


-          Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.










TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol Hamparan Perak
Konsepsi pokok dari Entisol adalah tanah-tanah mineral yang masih muda atau yang berumur muda (Holosin), tanah baru diendapkan, atau belum/masih sedikit mengalami pelapukan atau berasal dari tanah sisa hasil erosi. Kesuburan Entisol beragam, tergantung kapada kondisi, dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Contohnya alluvial dataran banjir terdiri dari Entisol subur sedangkan dataran pantai memiliki kesuburan rendah (Musa, dkk, 2006).
 Entisol adalah tanah yang cenderung untuk berasal baru. Tanah ini ditandai dengan kemudaannya dan tidak adanya horizon genesis alami atau hanya mempunyai permulaan horizon. Konsep pusat Entisol adalah tanah di dalam regolith yang dalam atau bumi tanpa horizon kecuali barangkali suatu lapisan bajak. Akan tetapi, beberapa Entisol mempunyai horizon plagen, agrik atau albik, dan beberapa mengandung batu keras yang dekat dengan permukaan (Foth, 1994).
Entisol adalah tanah yang muda (belum berkembang) dan dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R. Tanah ini masih belum sempurna dan memiliki profil yang horizon B-nya belum berkembang. Tanah tidak memiliki banyak horizon hanya berupa lapisan-lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu pembentukannya masih baru, berada pada lereng atau pada slope yang tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan sebagainya. Sebagai contoh tanah-tanah endapan sepanjang sungai, tanah berpasir lepas di lereng atas dan bawah, daerah volkan atau tanah pasir pantai laut yang lepas dan belum membentuk struktur tanah (Musa, dkk, 2006).
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997 a), dalam taksonomi tumbuhan kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan  sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae         
Divisio            : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminales
Family             : Graminaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.
Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang, dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997 b).
Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pita mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang (Najiyati dan Danarti, 1995).
Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun.  Helaian daun memanjang dengan ujung daun merumcing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10-20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan                    (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Tanaman jagung merupakan tanaman monocious. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu ketiak daun                    (Ginting, 1998).
Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Syarat Tumbuh
Umumnya tanaman jagung memiliki daya adaptasi yang baik di daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) yang berketinggian 1800 m di atas permukaan laut. Daerah pengembangan baby corn yang paling baik adalah dataran rendah berketinggian 750 m di atas permukaan laut, tergantung daya adaptasi suatu varietas jagung (Rukmana, 1997 c).
            Jagung menghendaki persyaratan-persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut:
1.        Menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Di tempat-tempat yang teduh, pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah.
2.        Menghendaki suhu optimum 21°C - 34°C. Di Indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 meter di atas permukaan laut.
(Najiyati dan Danarti, 1999).
Suhu panas dan lembab sangat baik bagi pertumbuhan tanaman jagung pada periode tanam sampai pada fase reproduktif, terutama pada saat mengakhiri pembuahan. Suhu yang terlalu panas dan kelembaban udar yang rendah berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung karena menyebabkan rusaknya daun dan terganggunya persarian bunga. Curah hujan yang ideal untuk pertanaman jagung adalah antara 100 mm-200 mm per bulan. Oleh karena itu, tanaman jagung cenderung amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (Rukmana, 1997 b).
Jagung memiliki adaptasi pertumbuhan yang luas sehingga memungkinkannya ditanam secara ektensif di banyak daerah di dunia. Dalm hal volume produksi, jagung hanya diungguli oleh gandum dan padi              (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi baik terhadap berbagai jenis tanah. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk pengembangan budidaya jagung. Jenis tanah yang paling ideal untuk menghasilkan tanaman jagung semi (baby corn) adalah tanah andosol, latosol dan poolsolik merah kuning (PMK). Hal yang penting untuk diperhatikan adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta memiliki pH antara 5,5-7,5 (Rukmana, 1997 a).
Unsur Hara
Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah :
-    Mempengaruhi pembentukan protein
-    Bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman
-    Pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman
-    Pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
(Rukmana, 1997 b).
Fosfor (P)
Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup pada saat awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase primordial yang selanjutnya untuk bagian reproduktif lainnya. Peranan fosfor adalah :
-    Penting pada saat awal pemasakan tanaman
-    Mempengaruhi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
-    Penting bagi pembentukan biji
-    Meningkatkan perkembangan perakaran
-    Penting dalam proses fotosintesis dan sejumlah reaksi dalam  proses kehidupan lainnya
-    Untuk pembentukan primordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi
(Nyakpa, dkk, 1988).
Kalium (K)
Unsur K bukan bahan bangunan, melainkan sebagai pengatur berbagai proses fisiologi tanaman. Adapun fungsi unsur K adalah :
-    Merawat kondisi air di dalam sel dan jaringan
-    Mengatur turgor atau tegangan sel
-    Membuka dan menutup stomata
-    Mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk
-    Pertumbuhan tanaman menjadi merata dan pesat
-    Ketahanan tehadap penyakit meningkat
-    Mengeraskan batang tanaman
-    Meningkatkan kualitas biji
(Isnaini, 2006).
Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan satu-satunya mineral penyusun klorofil. Dibutuhkan untuk kegiatan enzim dan respirasi sel. Magnesium mempunyai peran penting pada seluruh proses metabolisme (Nyakpa, dkk, 1988).
Magnesium merupakan bagian dari klorofil untuk fotosintesis, sehingga sangat berpengaruh pada daun. Insur ini banyak terdapat dalam buah atau bagian generative tanaman. Sumber magnesium antara lain adalah hasil dekomposisi batuan yang mengandung mineral misalnya batu kapur dolomite, Epsom salt, kieserite dan lainnya (Isnaini, 2006).

Defisiensi Unsur Hara


Nitrogen (N)
Unsur nitrogen digunakan untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman serta sebagai pengatur pertumbuhan tanaman. Tanah yang kekurangan nitrogen menyebabkan :
-    Tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat
-    Daun menjadi hijau muda, terutama daun yang sudah tua, lalu berubah menjadi kuning selanjutnya daun mengering mulai dari bawah ke bagian atas, kemudian jaringannya mati, mengering dan meranggas
-    Buahnya akan tumbuh kerdil kekuningan dan lekas matang
(Lingga dan Marsono, 2004).
Fosfor (P)
Fosfor sangat sukar larut dalam air dan selalu berikatan dengan unsure lain sehingga ketersediaannya juga dipengaruhi oleh banyak faktor, utamanya pH karena derajat keasaman menentukan jenis ikatan pofor dengan unsur lain. Kekurangan posfor mengakibatkan pertumbuhan akar terhambat, pematangan buah terhambat, biji menjadi tidak normal (Isnaini, 2006).
Kalium (K)
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau kuning terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah coklat. Selanjutnya daun akan mengering lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan                    (Lingga dan Marsono, 2004).
Kebanyakan tanaman yang kekurangan kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga tanaman mudah roboh. Turgor tanaman berkurang, sel menjadi lemah; daun tanaman menjadi kering, ujung daun berwarna coklat atau adanya noda-noda berwarna cokelat (nekrosis). Kalau kekurangan kalium berlangsung terus, maka nekrosis ini menjadi jaringan yang kering dan mati, kemudian lepas dan daun menjadi berlubang              (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Magnesium (Mg)
Magnesium adalah unsur mobil dan segera ditranslokasikan dari bagian yang tua ke bagian tanaman yang muda bilamana tanaman kekurangan unsur tersebut. Tanaman yang kekurangan magnesium akan memperlihatkan gejala :
-    Gejala klorosis di antara tulang-tulang daun, sedangkan tulang daun tersebut tetap berwarna hijau
-    Jaringan daun berubah warnanya menjadi kuning, kemudian berwarna coklat dan nekrotik
(Nyakpa, dkk, 1988).





BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan dilaksanakan di laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan pada lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat pukul 14.30 dari bulan Februari 2010 sampai bulan Mei 2010.

Bahan dan Alat

            Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Benih jagung sebagai objek yang akan diamati, Tanah entisol sebagai media tanam percobaan yang digunakan; pupuk urea, SP-36, KCl, Dolomit dan kiserit sebagai perlakuan, Polybag sebagai wadah penanaman, Batu bata sebagai penopang polybag, Label nama sebagai pemberi tanda dan Air untuk menyiram tanaman.
            Alat yang digunakan adalah Cangkul untuk mengolah dan membersihkan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman lainnya, Gembor sebagai wadah untuk menyiram tanaman, Meteran untuk mengukur lahan dan mengukur tinggi tanaman, Batu bata sebagai tempat menyangga atau atas bagi polibag, Ayakan tanah sebagai alat untuk mengayak tanah entisol yang jadi media tanam percobaan, Spanduk sebagai alat untuk memagari lahan, Oven sebagai alat untuk mengovenkan tanah, Jangka sorong untuk mengukur diameter batang dan Timbangan untuk menimbang berat kering tanaman dan pupuk.

Metode Percobaan

            Adapun metode percobaan yang digunakan adalah metoda substraksi.
Pelaksanaan Percobaan
Prosedur di Laboratorium
-     Diambil 10 gr tanah Andisol yang telah dikering udarakan
-          Diovenkan selama 24 jam
-          Dihitung %KA nya dengan rumus :
%KA= BTKU-BTKO x 100%
BTKO

-          Diambil 25 gram tanah kering udara
-          Dijenuhkan selama 24 jam
-          Diambil 10 grm tanah dalam keadaan kapasitas lapang
-          Diovenkan selama 24 jam
-          Dihitung %KLnya dengan rumus:
%KL= BTKL-BTKO x 100%
BTKO

-          Dihitung berat tanah yang dibutuhkan untuk setiap polibag bila dikehindaki berat tanah tanpa air 5kg dengan rumus:
BTKU= 5+ (5 x %KA)

-          Dihitung volume air yang diperlukan dengan rumus:
Vair = (%KL-%KA) x BT
100



Prosedur di Lapangan
-          Diambil tanah yang akan dipercobakan di daerah yang telah ditetapkan           ± 250 kg.
-          Dimasukkan ke dalam goni/karung.
-          Dibuka dan dikering udarakan.
-          Di keringkan dan diayak dengan ayakan pasir, jika keras dihancurkan dengan batu.
-          Ditimbang tanah kira-kira 5 kg dan dimasukkan ke dalam polybag sampai              26 polybag (ulangan I dan II).
-          Diletakkan diatas batu-bata dan disusun 2 baris memanjang dengan berbagai perlakuan secara berurutan:
Ulangan I
Kontrol
lengkap
-N
-P
-K
-Ca
-Mg
-NP
-NK
-PK
-KCa
-CaMg
-NPK

Ulangan II
Kontrol
lengkap
-N
-P
-K
-Ca
-Mg
-NP
-NK
-PK
-KCa
-CaMg
-NPK

-          Dijenuhkan air selama 24 jam
-          Dibuat perhitungn pupuk dan  kadar air agar diketahui berapa gr pupuk yang diberikan ke tanah dan berapa liter air yang diberikan ke tanah setiap hari.
-          Dimasukkan semua jenis pupuk kedalam polybag secara berurutan dan sesuai dengan perlakuan masing-masing.
-          Diaduk pupuk (dicampurkan dengan tanah) agar pupuknya tidak menguap
-          Dibiarkan selama 24 jam.
-          Ditanam bibit jagung ke polybag masing-masing 3 buah dengan jarak yang agak jauh dan tidak terlalu dalam.
-          Disiram setiap hari sesuai dengan kebutuhannya.
-          Diambil data setiap minggu dari satu jagung yang menjadi parameter adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan gejala visual.
-          Diambil data berat kering bagian bawah dan bagian atas tanaman ketika panen.
-          Dicatat hasilnya.
Peubah Amatan
- Tinggi Tanaman (cm)
- Jumlah daun (helai)
- Diameter batang (cm)
- Berat Kering atas tanaman (gram)
- Berat kering bawah tanaman (gram)









HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel Kriteria Tinggi Tanaman
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
92,5
60,45 %
sedang
- N
170
111,11 %
cukup
- P
155
101,30 %
cukup
- K
161
105,22 %
cukup
- Ca
159,5
104,24 %
cukup
- Mg
137
89,54 %
cukup
- NP
96
62,74 %
sedang
- NK
169,5
110,78 %
cukup
- PK
135
88,23 %
sedang
- KCa
137
89,54 %
cukup
-CaMg
133,5
87,25 %
sedang
-NPK
74,5
48,69 %
berat

Tabel Kriteria Jumlah Daun
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
8,5
89,47 %
cukup
- N
10
105,26 %
cukup
- P
8,5
89,47 %
cukup
- K
11
115,78 %
cukup
- Ca
10
105,26 %
cukup
- Mg
8
94,73 %
cukup
- NP
7,5
78,94 %
sedang
- NK
11,5
121,05 %
cukup
- PK
7,5
78,94 %
sedang
- KCa
8,5
89,47 %
cukup
-CaMg
7,5
78,94 %
sedang
-NPK
6
63,15 %
sedang

Tabel Kriteria Diameter Batang
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
1,2
64 %
sedang
- N
1,925
102,66 %
cukup
- P
1,85
98,66 %
cukup
- K
1,775
94,66 %
cukup
- Ca
1,95
104 %
cukup
- Mg
1,6
85,33 %
sedang
- NP
1,225
65,33 %
sedang
- NK
2,05
109,33 %
cukup
- PK
1,675
89,33 %
cukup
- KCa
1,7
90,66 %
cukup
-CaMg
2,05
109,33 %
cukup
-NPK
0,9
48 %
berat

Tabel Kriteria Bobot Kering Atas
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
25,3
12,99 %
Gawat
- N
216,8
111,37 %
Cukup
- P
147,9
75,98 %
Sedang
- K
131,65
67,63 %
Sedang
- Ca
184,35
94,70 %
Cukup
- Mg
169,05
86,84 %
Sedang
- NP
34,1
17,51 %
Gawat
- NK
229,15
117,72 %
Cukup
- PK
109,1
56,04 %
Sedang
- KCa
128,25
65,88 %
Sedang
- CaMg
120,6
61,95 %
Sedang
- NPK
13,85
7,11 %
Gawat

Tabel Kriteria Bobot Kering Bawah
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
8,3
10,42 %
gawat
- N
41,15
51,66 %
sedang
- P
29,75
37,35 %
sedang
- K
63,35
79,53 %
sedang
- Ca
70,9
89,01 %
cukup
- Mg
19,6
24,60 %
sedang
- NP
4,95
6,21 %
gawat
- NK
99,4
124,79 %
cukup
- PK
19,6
24,60 %
berat
- KCa
40,75
51,16 %
sedang
- CaMg
23,45
29,44 %
berat
- NPK
6,7
8,41 %
gawat

Pembahasan
            Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter tinggi tanaman, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan – N sebesar 111,11 % dengan kriteria cukup dan yang terendah pada perlakuan - NPK sebesar 48,69 % dengan kriteria berat. Pada perlakuan - NP sebesar 62,74 % dengan kriteria sedang dan – NK sebesar 110,78 % dengan kriteria cukup.  Hal ini terjadi karena kalium berpengaruh nyata  terhadap tinggi tanaman, di mana kalium memiliki peranan utama dalam merangsang pertumbuhan batang. Hal ini sesuai dengan literatur Isnaini (2006), yang menyatakan bahwa fungsi unsur K adalah :
-    Merawat kondisi air di dalam sel dan jaringan
-    Mengatur turgor atau tegangan sel
-    Membuka dan menutup stomata
-    Mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk
-    Pertumbuhan tanaman menjadi merata dan pesat
-    Ketahanan tehadap penyakit meningkat
-    Mengeraskan batang tanaman
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter jumlah daun, persentase perlakuan terhadap lengkap  tertinggi terdapat pada perlakuan – NK sebesar 121,05 % dengan kriteria cukup dan yang terendah terdapat pada perlakuan -NPK sebesar 63,15 % dengan kriteria sedang. Pada perlakuan – K sebesar 115,78 % dengan kriteria cukup dan – N sebesar 105,26 % dengan kriteria cukup. Hal ini disebabkan karena unsur hara Mg berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Isnaini (2006) yang menyatakan bahwa magnesium merupakan bagian dari klorofil untuk fotosintesis, sehingga sangat berpengaruh pada daun. Unsur  ini banyak terdapat dalam buah atau bagian generative tanaman. Sumber magnesium antara lain adalah hasil dekomposisi batuan yang mengandung mineral misalnya batu kapur dolomite, Epsom salt, kieserite dan lainnya.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter diameter batang, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan – NK dengan kriteria cukup dan yang terendah terdapat pada perlakuan - NPK sebesar 48 % dengan kriteria berat. Pada perlakuan – N sebesar 102,66 % dengan kriteria cukup dan -P sebesar 98,33 % dengan kriteria cukup sedangkan –K sebesar 94,66 %. Hal ini terjadi karena kalium berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Hal ini terjadi karena kalium berperan dalam mengeraskan bagian kayu dari tanaman tersebut. Hal ini ditandai dengan gejala visual berupa munculnya warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua. Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan Marsono (2004) yang menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau kuning terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah coklat. Selanjutnya daun akan mengering lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter bobot kering atas, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan –NK sebesar 117,72 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan -NPK sebesar 7,11 % dengan kriteria gawat. Hal ini terjadi karena tanah Entisol memiliki tingkat kesuburan yang rendah, yang ditandai dengan kemudaannya dan tidak adanya horison genesis alami. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994), yang menyatakan bahwa Entisol adalah tanah yang cenderung untuk berasal baru.   
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada parameter bobot kering bawah, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan –NK sebesar 124,79 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan - NP sebesar 6,21 % dengan kriteria gawat. Pada perlakuan - P sebesar 37,35 % dengan kriteria berat dan - K sebesar 79,53 % dengan kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena tanaman yang kekurangan unsur hara P akan mengakibatkan pertumbuhannya terhambat sehingga menjadi kerdil yang dipengaruhi juga dengan kekurangan unsur hara N. Dimana unsur fosfor berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan literatur Isnaini (2006), yang menyatakan bahwa kekurangan posfor mengakibatkan pertumbuhan akar terhambat, pematangan buah terhambat, biji menjadi tidak normal.
Untuk mengatasi kekahatan unsur N yaitu dengan pemberian pupuk nitrogen seperti pupuk urea, ZA, pemberian mikroorganisme seperti Pseudomonas, Mirococus, Bacillus dan Thiobacillus thiopharus yang dalam keadaan anaerob dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, N2O dan gas N2 bebas serta penanaman tanaman legum untuk menambat nitrogen dari udara dengan bantuan simbiosis mikroorganisme di bintil akar tanaman legum. Gejala yang dapat dilihat dari kekurangan unsur hara N adalah daun tampak hijau muda, terutama daun yang sudah tua yang kemudian akan menguning secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2008) yang menyatakan bahwa unsur nitrogen digunakan untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman serta sebagai pengatur pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng, daun tampak hijau dan akan menguning secara menyeluruh nantinya serta buahnya akan tumbuh kerdil kekuningan dan lekas matang.
            Adapun cara mengatasi kekahatan unsur P yaitu dengan pemberian pupuk posfor seperti SP-36 atau SP-18 dengan dosis yang sesuai dan tergantung pada sifat tanahnya juga serta pemberian bahan-bahan organik seperti tepung tulang dan guano yang merupakan sumber unsur posfor juga. Gejala defisiensi yang ditampakkan dapat berupa daunnya yang menguning dan menggulung. Hal ini sesuia dengan literature Suriatna (1992) yang menyatakan bahwa kekurangan posfor mengakibatkan pertumbuhan akar terhambat, pematangan buah terhambat, dan biji menjadi tidak normal.
            Adapun cara mengatasi kekahatan unsur K yaitu dengan pemberian pupuk kalium seperti MOP sesuai dengan takaran pupuknya, frekuensi pemupukan dan cara pemupukannya, pengaruh garam dari pupuk kalium dan pengaruh pengolahan tanahnya. Gejala yang ditampakkan kekurangan unsur K adalah daunnya berwarna keunguan di tepi-tepinya, bercak-bercak kuning hingga daun seperti terbakar. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous (2010) yang menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejalan seperti daun mengerut atau kuning terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah coklat. Selanjutnya daun akan mengering lalu mati.
            Adapun cara mengatasi kekahatan unsur hara Mg adalah dengan pemberian pupuk magnesium seperti pupuk kieserit dan dolomite serta dapat juga pemberian batu kapur, mergel dan kulit kerang. Gejala yang ditampakkan akan kekurangan magnesium adalah daun nampak berwarna ungu kekuningan pada tepi-tepi daun. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous (2010) yang menyatakan bahwa tanaman yang kekurangan magnesium akan memperlihatkan gejala klorosis diantara tulang-tulang daun dan jaringan daun berubah warnanya menjadi kuning sehingga daun Nampak kekuning-kuningan.

           









                  
























KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.                  Pada parameter tinggi tanaman, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan – N sebesar 111,11% dengan kriteria cukup dan yang terendah pada perlakuan –NPK sebesar 48,69 % dengan kriteria berat.
2.                  Pada parameter jumlah daun, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan – NK sebesar 121,05 % dengan kriteria cukup dan yang terendah terdapat pada perlakuan -NPK sebesar 63,15 % dengan kriteria sedang.
3.                  Pada parameter diameter batang, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan – NK dan  -CaMg sebesar 109,33 % dengan kriteria cukup dan yang terendah terdapat pada perlakuan – NPK sebesar 48 % dengan kriteria berat.
4.                  Pada parameter bobot kering atas, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan –NK sebesar 117,72 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan -NPK sebesar 7,11 % dengan kriteria gawat.
5.                  Pada parameter bobot kering bawah, persentase perlakuan terhadap lengkap tertinggi terdapat pada perlakuan –NK sebesar 124,79 % dengan kriteria cukup, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan – NP sebesar 6,21 % dengan kriteria gawat.

Saran
            Dalam melakukan percobaan, sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pelaksanaan prosedur percobaan agar hasil percobaan lebih efektif.
 DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

Foth, H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi Ke-6. Diterjemahkan oleh       Adi Sumarno. Erlangga, Jakarta.

Ginting, S. 1998. Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Isnaini, M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. USU Press, Medan.

Najiyati, S., dan Danarti., 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis., M. A. Pulung., A. G. Anarah., A. Munawar.,                G. B. Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Purwono dan H. Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Ranaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi. Terjemahan Catur Horison. ITB Press, Bandung.

Rukmana, R., 1997 a. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

                 .,1997 b. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta.
                 .,1997 c. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.  
Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutarya, R. dan G. Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press, Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar